Sewaktu lulus STM dulu saya sempat mencoba pengalaman baru kerja jadi Room Boy sekaligus Cleaning Service.
Tapi bukan Room Boy Hotel berbintang, melainkan Room Boy Hotel kelas Melati atau Losmen / penginapan murah minimalis.
Sudah rahasia umum jika Hotel kelas melati identik dengan tindakan asusila. Entah untuk aktivitas yang berhubungan dengan lendir. Misal kegiatan per-mesum-an , perselingkuhan. Atau sekedar penginapan murah meriah untuk backpacker kesasar.
Tapi dijamin backpacker naas seperti ini jarang. Karena pasti kapok mendengar desahan dan rintihan dari kamar sebelahnya..
Hotel tempat saya kerja pun demikian..
Kadang saya mendapat Tips dari tamu..
Bukan untuk jasa kebersihan, melainkan uang tutup mulut dari Pak Santoso yang berselingkuh dengan wanita idaman lain.
Jadi skenario setelah saya menerima uang rasuah itu, Misal ada wanita paruh baya mencari pria berkumis dan naik sepeda motor ###da Beat biru.
Saya harus menjawab "Tidak Ada"
Karena jika menjawab sebaliknya, saya bisa menyebabkan perang dunia ke 4 .
Karena Hotel saya tak luput dari aktivitas lendir ( walo fungsi aslinya penginapan )
Saya setiap hari harus menahan jijik dan risih.
Karena saya harus membersihan seprei bekas "Kencing putih" dan "alat kontrasepsi bekas" yang selalu berceceran.
Biasanya, tamu yang "semburan kencing putih" nya berceceran di seprei. Itu tamu yang tak suka bermain dengan "sarung karet" .
Jadi , untuk membantu pemerintah menekan laju pertumbuhan penduduk.
Si pria melakukan kontrasepsi dengan jalan menyemburkan bibit nya keluar..
Jorok memang ..!!
Dan sayang sekali bibit-bibit unggul yang kelak mungkin bisa jadi presiden atau menteri terbuang sia- sia diatas seprei..
Yang pakai alat kontrasepsi berbentuk karet pun sama joroknya..
Walau ada tempat sampah, kadang mereka seenaknya melemparkan ke sembarang tempat.
Mungkin kondom bekas itu bila saya kumpulkan, bisa saya daur ulang menjadi produk permen karet lalu saya jual..
Eniwei , saya tak lama kemudian berhenti bekerja.
Batin saya kadang bergejolak, kata pak Ustad .. Waspada bila bekerja ditempat berbau maksiat.
Bisa saja rezeki kita jadi tidak halal..
Makanya, daripada saya bimbang, saya memutuskan berhenti, mencari pekerjaan yang lebih baik ( atau halal )
Misalnya menemani beberapa Tante paruh baya tapi berduit dari Surabaya yang liburan di Blitar.
Saya mah gitu..
Ngak gengsi dengan pekerjaan. Asalkan ada duitnya