Ada dulu mantan member KPSI yang sinis dan berpendapat mas Bagus Bagus Utomo dan Organisasi keswa itu Baperan dan terlalu over sensitif masalah "Gila" atau stigma pada gangguan jiwa.
Sampai2 partai politik, sinetron, konten youtube favoritnya dia dipermasalahkan.
Kalo orang awam atau tak terlalu terlibat mendampingi ODGJ selama puluhan tahun, mungkin cenderung berfikir demikian.
Bagi saya yang mendampingi Bibi saya yang ODS selama puluhan tahun, melihat ini masalah serius.
Buat saya sendiri, dikatain Gila ngak masalah, ngak pengaruh.
Tayangan yg menjadikan Orang pemilik masalah kesehatan jiwa bahan candaan, ejekan. Buat saya pribadi nga masalah.
Maaf dan kasih saya lebih besar dari amarah saya.
Dan mungkin Temen2 ODGJ dan keluarga pun kalo keluarga nya dibilang gila, Kuping udah kebal dan nga perduli.
Yang dipermasalahkan ialah orang awam, keluarga dan pasien yang baru mengalami gejala gangguan jiwa.
Akibatnya akan ada stigma dan cap/label buruk pada pasien penyakit jiwa.
Hal ini menimbulkan denial yg bisa fatal.
Banyak yg akhirnya enggan berobat, bahkan orang tua maupun si pasien sendiri pun bakalan protes.
"ngapain saya berobat ke psikiater? Emangnya saya gila?? "
" Ogah saya masuk RSJ, saya ngak gila kok. Ngapain saja bareng orang2 gila itu?? "
Alhasil si pasien kesehatan bisa memburuk. Banyak waktu terbuang, padahal Golden time penyakit skizofrenia sekitar 3 sampai 5 tahun.
Diatas itu makin susah diobati..bisa jadi kronis.
Makanya hati2 akan waktu yang terbuang..
Karena rata2 pasien ODGJ pas berobat banyak yg telat.
Organisasi keswa protes sana sini soal konten itu bukan sok Eksklusif atau Baperan dan mudah tersinggung.
Tapi demi melindungi kehidupan ODGJ yg baru sakit dari pahitnya denial dan stigma.