Patut anda ketahui, Ada perilaku dan pola pikir yang kurang baik dari seorang ODGJ.
Yaitu pola pikir Victimisasi , merasa jadi korban melulu. Biarpun dia sebetulnya gejala penyakitnya yang jadi sumber atau pemicu masalah dan konflik ,dia akan selalu merasa dia jadi pihak korban.
Keluarga, lingkungan sekitar dianggap sebagai stressor sangat jahat.
Padahal, dari sudut pandang lingkungan dan keluarga, bisa saja. Mereka awalnya sudah berlaku baik
pada si ODGJ.
Tapi ingat.. Manusia itu bukan malaikat.
Kesabaran dan kebaikan orang itu ada batasnya.
Siapa yang tahan bila melihat si ODGJ tidur melulu dan bermalas malasan. Enggan bersosialisasi, Berdiam diri di kamar,
Bahkan tak mau produktif, misal bekerja?
Bahkan saat dinasehati malah dituduh menyakiti?
Juga pola pikir egocentric dari ODGJ.
Merasa lebih penting, ODGJ seperti ini akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan.
Akhirnya malah playing victim.
Candaan sedikit, dibilang penghinaan.
Rekan atau teman punya kesibukan dianggap mengucilkan..
ODGJ seperti ini akan sulit dinasehati.
Maunya orang lain mendengarkan, tapi ogah dan kurang tertarik mendengar saran orang lain.
2 hal ini ialah racun bagi tilikan diri dan duri di jalan ODGJ mencapai kepulihan. Sekalipun si ODGJ rajin berobat.
Makanya, bagi ODGJ maupun Caregiver nya harus mau memperhatikan sisi pola pikir dan perilaku ODGJ yang masih keliru.
Katakanlah, faktor obat psikofarma nya 80% mampu meredam gejala.
Faktor 20% sisanya ini perlu dilawan dari sudut pandang psikologinya, yaitu pola pikir/mindset dan perilaku yang sekiranya kurang baik.
Jika sekiranya belum paham, minta saja terapi perilaku dan pola pikir ( Cognitive Behavioural therapy) saat jadwal psikoterapi.
Nanti akan ketahuan pola pikir dan perilaku2 yg sekiranya menganggu dan merusak dari ODGJnya.
Memang tak mudah, tapi kabar baiknya Semua bisa.
Biar pulihnya lebih cepat..
Biar si ODGJ bisa lebih tahan banting dan ngak merasa eksklusif terus.