**Monolog: Utopia yang Tersembunyi**
Di tengah gemerlap cahaya neon dan hiruk-pikuk kemajuan, kita berdiri di puncak piramida kemakmuran yang kita bangun sendiri. Teknologi merajai setiap sudut hidup kita, bagaikan jaring laba-laba halus yang mengikat kita dalam ilusi. Semua seakan sempurna; kendaraan terbang melayang di atas, informasi mengalir dengan cepat, dan kenyamanan mengelilingi kita seperti kabut yang hangat. Namun, di balik tirai kemewahan ini, tersembunyi wajah-wajah yang terabaikan, bagaikan bayangan dalam kegelapan.
Mereka yang tersisih, yang tidak memiliki tempat dalam narasi indah ini, berjalan di sisi-sisi jalan. Ketika kita melangkah maju, mereka merangkak mundur, terperangkap dalam labirin hidup yang tak pernah mereka pilih. Ironi kapitalisme terungkap—sebuah sistem yang menjanjikan kebebasan, namun membelenggu jiwa-jiwa yang rapuh. Kemakmuran ini bagaikan candu, menjadikan kita seperti robot yang terus bekerja, tak peduli siapa yang tertinggal.
Dan saat beban kehidupan menjadi terlalu berat, mereka mencari pelarian di dalam kapsul kecil obat somnium. Obat ini bukan sekadar zat; ia adalah pintu gerbang menuju dunia lain, tempat di mana mimpi dan kenyataan bertabrakan, menciptakan pengalaman yang lebih indah daripada kehidupan itu sendiri. Di sanalah mereka melupakan kesedihan, sejenak merasakan kebebasan dari beban yang tak terangkat. Namun, seperti semua ilusi, kebahagiaan ini hanyalah tiruan, bayangan dari kebangkitan yang sejati.
Kita hidup dalam dunia utopia yang rapuh, dikelilingi oleh pesona yang menipu. Dan di saat kita merayakan kemajuan, kita harus bertanya: siapa yang membayar harga dari kesempurnaan ini? Di mana suara mereka yang terabaikan? Dalam kesunyian yang menyakitkan, mereka berjuang melawan arus, terjebak dalam labirin mimpi yang tidak pernah mereka inginkan.
Kita, para penikmat kemajuan, adalah arsitek dari realitas ini. Mungkin saatnya kita berhenti sejenak, membuka mata, dan melihat bukan hanya ke arah yang terang, tetapi juga ke dalam bayangan di sisi gelap. Karena dalam ironi ini, mungkin kita menemukan kebenaran yang lebih dalam, sebuah panggilan untuk merangkul setiap jiwa yang terpisah dari cerita yang seharusnya kita tulis bersama.