premis film
**Judul: Bandar di Segitiga Emas**
Di jantung Segitiga Emas, di antara perbatasan Thailand, Laos, dan Myanmar, berdiri sebuah kota tanpa nama yang tidak tertera di peta. Kota itu tersembunyi di lembah yang dipenuhi kabut, jauh dari pandangan hukum, tempat segala macam transaksi gelap berlangsung. Di sini, Maman dikenal sebagai salah satu bandar judi online terbesar di Asia Tenggara.
Lima tahun lalu, Maman hanyalah seorang imigran ilegal yang melarikan diri dari kemiskinan. Tiba di perbatasan Laos tanpa harapan, dia terjebak dalam jaringan penyelundupan narkoba yang dikendalikan oleh kartel lokal. Saat berusaha melarikan diri dari kekerasan, Maman bertemu dengan Li, mantan peretas yang mengajarinya bagaimana mengelola situs judi online. Dengan modal komputer tua dan koneksi internet seadanya, mereka mulai dari kecil—bertaruh untuk orang-orang di desa-desa terdekat.
Namun, kesuksesan mereka cepat sekali berkembang. Dalam waktu singkat, Maman menjelma menjadi sosok misterius yang tak tersentuh hukum. Dengan bantuan kartel, dia mengamankan perbatasan dan mengendalikan pasar judi daring untuk seluruh wilayah. Situsnya menerima ribuan taruhan setiap hari, dari taruhan sepak bola hingga kasino virtual. Uang mengalir masuk, tak terhitung jumlahnya, dan Maman hidup di balik benteng terpencilnya, aman dari hukum yang tidak pernah mencapai zona ini.
Di kota tanpa nama itu, Maman tidak hanya dihormati—dia ditakuti. Tak ada yang tahu asal-usulnya, tak ada yang berani mempertanyakan keberadaannya. Dia menjalankan bisnisnya dengan tangan dingin. Jika ada yang mencoba menipunya atau melawan aturan yang telah ditetapkannya, mereka akan menghilang tanpa jejak, diserap oleh kegelapan yang menutupi wilayah itu.
Meski dikelilingi oleh kekayaan dan kekuasaan, Maman mulai merasa kosong. Malam-malamnya dihabiskan di depan layar, melihat angka-angka taruhan, sementara angin lembah membawa dingin yang menusuk ke dalam jiwanya. Dia tidak lagi bisa tidur dengan tenang, mimpi buruk menghantui—wajah-wajah orang yang dirampok masa depannya, rumah tangga yang hancur karena kecanduan judi. Hatinya, yang dulu terbiasa dengan kekerasan, kini mulai runtuh oleh rasa bersalah yang tak tertahankan.
Suatu malam, ketika kabut semakin tebal dan hujan deras menghantam jendela, Maman menerima pesan dari Li. "Situs kita diserang," bunyinya. Peretas tak dikenal telah membobol sistem keamanan mereka. Tak lama, seluruh saldo di rekening virtualnya hilang. Semua hilang dalam sekejap—uang, kekuasaan, dan kendali yang selama ini dipegangnya. Panik, Maman mencoba mencari tahu siapa yang telah melakukannya, namun jejaknya lenyap seperti bayang-bayang.
Keesokan paginya, ketika kabut mereda, orang-orang di kota tanpa nama tidak lagi melihat Maman. Bentengnya ditinggalkan, kosong, seperti tak pernah ada kehidupan di sana. Beberapa orang berspekulasi bahwa dia melarikan diri, mencoba memulai kembali di tempat lain. Namun, yang lain percaya bahwa dia akhirnya menyerah pada hantu-hantu dari masa lalunya dan lenyap di dalam kegelapan yang sama dengan yang pernah ia ciptakan.
Di Segitiga Emas, hukum tak pernah datang, tetapi karma punya caranya sendiri.
0 comments