Filosofi mimpi dan realita
### **Adegan: "Keheningan Labirin"**
**Lokasi:**
Gudang tua, gelap, dan penuh bayangan—tempat persembunyian organisasi pengedar Somnium. Cahaya remang-remang dari lampu-lampu neon yang rusak memantul di dinding beton. Ruangan terasa lembap, berdebu, dan dipenuhi suara langkah kaki yang samar.
**Tone:**
Gelap, suram, dan mencekam. Atmosfer yang mencerminkan keadaan batin Andreas yang mulai terkikis antara realitas dan mimpi.
---
**INT. GUDANG TUA – MALAM**
Andreas berdiri di depan pintu besi yang tebal, memimpin timnya dengan isyarat tangan yang tenang namun tegang. Mereka bersiap masuk ke dalam gudang, senjata di tangan, suara napas mereka terdengar pelan di tengah keheningan.
**SUARA NARATOR (internal, suara Andreas):**
_"Keheningan itu menipu. Di dalamnya, sesuatu selalu bergerak—berputar di bawah permukaan seperti arus gelap yang tak terlihat."_
**CLOSE-UP:** Andreas mengusap pelipisnya, sedikit berkeringat. Jari-jarinya gemetar, hampir tak kentara. Ia merasakan beban psikologis semakin menekan setiap detiknya, tapi berusaha tetap fokus.
**ANGLE: From Over Andreas' Shoulder**
Pintu besi dibuka perlahan. Bunyi deritnya seperti jeritan yang panjang. Di dalam, gudang itu gelap, hanya disinari lampu berkedip-kedip dari sudut ruangan. Andreas melangkah masuk, timnya mengikutinya. Suasana tegang semakin terasa.
**MUSIK LATAR:**
Nada rendah dan berat, menciptakan perasaan bahwa sesuatu yang tak terlihat sedang mengintai di kegelapan.
---
**INT. DALAM GUDANG – KONTINU**
Mereka terus berjalan dengan hati-hati, bayangan panjang mereka mengikuti di dinding. Andreas memperhatikan setiap sudut dengan intensitas tinggi, namun ada sesuatu yang salah. Ruangan itu terasa… tidak nyata. Suara langkahnya terdengar seperti gema yang jauh, semakin melambat seolah-olah waktu mulai melipat.
**CLOSE-UP:** Andreas mengerutkan kening, merasa aneh dengan ruangan yang terlalu sunyi, seakan ketiadaan suara adalah tanda dari sesuatu yang besar dan berbahaya.
**FLASH SINGKAT (seperti potongan ingatan atau ilusi):**
Evelyn muncul di tengah ruangan, diam memandangnya. Dia tersenyum lemah, wajahnya kabur seperti bayangan. Hanya sekejap, dan hilang kembali ke kegelapan.
**SUARA NARATOR (internal):**
_"Kau di sini... lagi. Selalu di sini."_
**WIDE SHOT:**
Timnya tiba-tiba berhenti, seluruh ruangan berubah. Dinding-dinding gudang mulai memanjang dan melengkung, seperti labirin yang tak pernah berakhir. Andreas merasakan gravitasi mimpi mulai menariknya lebih dalam. Wajah timnya mulai kabur, seperti pantulan di air yang beriak. Musik semakin menggetarkan, membawa penonton lebih dalam ke ketidakpastian.
**MUSIK: Intensitas meningkat, suara-suara kecil yang berulang seperti detak jam mempercepat ketegangan.**
**CLOSE-UP:** Andreas mencoba menenangkan pikirannya, menggenggam erat senjatanya, tapi rasa familiar mulai merayap di pikirannya—ini bukan dunia nyata. Ini mimpi.
**SUARA NARATOR (internal):**
_"Bagaimana jika dunia ini hanyalah salinan dari yang lain? Sebuah tiruan? Perbedaan tipis antara yang nyata dan ilusi, dan aku telah melintasinya tanpa sadar."_
---
**MEDIUM SHOT: Andreas memutar badannya, berusaha untuk fokus, tetapi ruang di sekitarnya mulai berubah dengan sendirinya.**
Langkahnya terasa berat, setiap gerakannya lambat, seperti berjalan di dalam air. Timnya menghilang satu persatu ke dalam kegelapan, meninggalkan Andreas sendirian.
**CLOSE-UP:** Andreas menghentikan langkahnya. Tatapannya tajam tapi penuh keraguan. Di depan, Evelyn muncul lagi, tapi kali ini lebih jelas, lebih nyata. Dia berbisik pelan, namun suaranya bergema di ruangan besar itu.
**EVELYN (berbisik):**
_"Kamu bisa tinggal di sini, Andreas. Bersama denganku. Di sini tidak ada rasa sakit."_
**ANGLE: Evelyn mendekat dengan lembut, namun wujudnya terasa samar, seperti asap yang terurai di udara.**
Andreas menutup mata sejenak, merasakan beban kehadirannya, tapi ia tahu ini tidak benar.
**SUARA NARATOR (internal):**
_"Evelyn tidak nyata. Ini semua tidak nyata. Tapi mengapa terasa lebih nyata daripada dunia luar?"_
**CLOSE-UP:** Andreas membuka matanya. Tatapannya kosong, bimbang, seolah berada di ambang antara kenyataan dan ilusi. Dia mencoba menyentuh Evelyn, namun tangannya menembus tubuhnya seperti kabut. Wajah Evelyn berubah muram, hilang dalam bayangan.
---
**INT. GUDANG – RUANG ASLI (NON-LINIER CUT)**
**SOUND DESIGN:**
Suara tiba-tiba menghantam keras, seperti pintu besar yang tertutup di kejauhan. Andreas terhuyung, seketika kembali ke realitas—atau setidaknya itulah yang ia pikirkan. Lampu-lampu di gudang kembali menyala terang. Timnya berdiri lagi di sekitarnya, memandangnya dengan wajah serius, tidak menyadari bahwa waktu telah berputar aneh bagi Andreas.
**Andreas terengah-engah, keringat menetes di wajahnya.**
**TIM ANDREAS (datar, profesional):**
"Target ditemukan, siap bergerak."
**CLOSE-UP:** Andreas menatap lurus ke depan, tetapi matanya menunjukkan kebingungan yang dalam. Realitas tampak terlalu stabil sekarang, seakan-akan ia baru saja kembali dari dunia lain. Tapi ia tahu, di balik kestabilan ini, mimpi masih mengintai, siap menariknya kembali kapan saja.
**SUARA NARATOR (internal):**
_"Semua ini... apakah benar nyata? Atau aku hanya bagian dari sesuatu yang lebih besar, mimpi yang tidak pernah bisa kumengerti?"_
---
**CUT TO BLACK.**
Suara detak jam bergema, perlahan memudar.
---
Adegan ini mengeksplorasi batas antara mimpi dan realitas, membangun ketegangan psikologis melalui penggunaan atmosfer yang mencekam dan permainan persepsi waktu dan ruang. Ironi di sini terletak pada kenyataan bahwa Andreas, yang bertugas menangkap pengguna Somnium, justru semakin kehilangan kendali atas persepsinya sendiri.
0 comments